Epidemiolog: Riset Vaksin TBC Dukungan Bill Gates Butuh Lebih Banyak Komunikasi dengan Publik



smibu news


,


Jakarta



Epidemiolog
Dicky Budiman dari Griffith University menyebutkan bahwa komunikasi pemerintah terhadap masyarakat tentang penelitian tersebut kurang efektif.
vaksin
Kurangnya kesadaran tentang tuberkulosis (TBC) di Indonesia masih menjadi masalah. Hal ini menciptakan pemahaman yang keliru, terutama saat
Bill Gates
Gates Foundation berencana untuk mendukung penelitian dengan cara memberikan dana.

“Istilah vaksin Bill Gates ini juga akhirnya muncul dan itu sebetulnya tidak tepat atau cenderung salah,” ujarnya saat dihubungi pada Sabtu, 10 Mei 2025.

Dicky mengatakan Bill Gates sedari awal tidak terlibat dalam riset ini. Keterlibatan pendiri Microsoft itu ketika membantu proyek ini dalam fase ketiga yang memerlukan dana besar.

Menurut Dicky, uji coba vaksin untuk TBC juga dilakukan di negara-negara sedang berkembang dan berpendapatan rendah seperti Asia dan Afrika, tempat jumlah kasus TBC paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju. Meskipun pengujian fase pertama dan kedua dapat saja dilangsungkan di negara-negara industri, tetapi kapabilitas sesungguhnya harus diketesui dalam area yang menghadapi tantangan lebih besar dari masalah ini.

Menurut dia, aspek-aspek ilmiah semacam itu perlu disampaikan secara berkelanjutan oleh pihak pemerintah kepada masyarakat umum. “Penelitian biologi ini sangat penting dan seharusnya diperkenalkan ke publik melalui pendekatan manajemen risiko yang efektif,” katanya.

Dicky menyatakan bahwa manfaat serta risiko dari percobaan vaksin tersebut harus diinformasikan dengan jelas dan tak seharusnya dinyatakan sebagai hal yang sepenuhnya aman, terlebih lagi masyarakat Indonesia mempunyai latar belakang etnik dan kondisi medis bervariasi.

Dia menyebutkan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam penelitian vaksin perlu dijamin tidak merasakan dampak negatif atau kehilangan haknya. Tambahan pada hal tersebut, akan ada bentuk kompensasi serta perlindungan yang ditawarkan lewat pengamatan jangka panjang sekitar tiga sampai empat tahun mendatang. Pengawasan ini juga dilengkapi dengan layanan kesehatan, polis asuransi, dan dukungan lain setelah proses uji coba selesai.

“Dia mengatakan bahwa setiap tes masih memiliki risiko, berapa pun kecilnya, tidak ada risiko nol dan hal tersebut perlu ditangani dengan mitigasi yang ketat,” jelas Dicky.

Selain itu, kata Dicky, Indonesia harus dipastikan mendapatkan prioritas ketika vaksin TBC ini selesai diuji dan kemudian dijual. Jangan sampai di kemudian hari Indonesia justru mendapat akses vaksin belakangan atau harus membeli dengan harga mahal.

Manfaat tambahan lainnya ialah Indonesia perlu dijamin memperoleh kesejahteraan khusus seperti hadiah atau pertukaran teknologi. “Kami memiliki Bio Farma, dan itu lah yang seharusnya diajukan sebagai mitra untuk penukaran teknologi,” katanya.

Menurut Dicky, uji coba vaksin TB yang telah mencapai tahap ketiga menunjukkan potensi sukses yang lebih tinggi. Keamanannya pun sudah terjamin dan tidak ada lagi risiko efek samping serius seperti kematian atau lumpuh di fase tersebut. Meski demikian, masih belum diketahui berapa tepatnya persentase efektivitasnya dalam mencegah penyakit itu sendiri.

Seperti telah disebutkan, tahap tiga percobaan klinik ini dilangsungkan untuk vaksin TB M72. Total 2.095 peserta dari kalangan remaja hingga orang dewasa sudah dipilih untuk terlibat dalam penelitian serupa yang juga dijalankan di Afrika Selatan, Kenya, Zambia, serta Malawi.

Sebanyak 20.081 peserta mengikuti uji klinis tahap tiga yang berasal dari lima negara. Dari jumlah tersebut, Afrika menyumbang 13.071 peserta, disusul oleh Kenya dengan 3.579 peserta, kemudian Indonesia dengan 2.095 peserta, Zambia dengan 889 peserta, dan terakhir Malawi dengan 447 peserta.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman mengatakan pengembangan vaksin ini didukung oleh Gates Foundation dan diharapkan seluruh rangkaian uji klinis selesai pada akhir tahun 2028.

Seluruh pelaksanaan uji klinis vaksin M72 di Indonesia diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global.

“Uji klinik merupakan tahapan krusial dalam proses pengembangan vaksin untuk memastikan keamanan, efektivitas, serta mengidentifikasi potensi efek samping sebelum digunakan oleh masyarakat,” ucapnya pada Kamis, 8 Mei 2025.

Gates Foundation sendiri telah mendukung Indonesia melalui pendanaan lebih dari US$ 300 juta dalam bentuk hibah sejak 2009. Dana itu untuk sektor kesehatan, sanitasi, gizi, inklusi keuangan, dan pertanian. Salah satu dukungan adalah akses vaksin polio untuk ratusan juta orang di lebih dari 100 negara.

Kandidat vaksin TBC M72 dikembangkan perusahaan biofarmasi multinasional GlaxoSmithKline sejak 2004. Vaksin tersebut juga sudah melalui uji pada hewan seperti tikus, kelinci, kera, dan akhirnya pada manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *