Akhirnya Gereja Katolik mendapatkan kepemimpinan baru untuk menangani kekosongan setelah Paus Fransiskus meninggal dunia pada tanggal 21 April kemarin. Dalam dua hari pelaksanaan konklaf di Kapel Sistina, Vatikan, Paus Leo XIV berhasil dipilih menjadi pemimpin gereja yang baru.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, menyampaikan arah Gereja Katolik di bawah Paus Leo XIV akan meneruskan semangat Paus Fransiskus dengan pendekatan yang disebut sebagai “konservatif progresif.”
“Yang berkaitan satu arah kerajaan Katolik, sebagaimana tadi sudah saya sampaikan bahwa agaknya Paus Fransiskus itu melihat inilah kembaran saya, cerminan hidup saya itu ada di orang ini,” ujar Mgr. Antonius dalam konferensi pers di Kantor KWI, Jakarta Pusat, Sabtu (10/5).
Bishop Antonius menyebutkan bahwa Paus Leo XIV adalah salah satu kardinal paling muda di kalangan kardinal-kandidat. Meskipun demikian, ia dengan cepat memperoleh peran vital dalam kepemimpinan Gereja Katolik.
Paus Leo XIV sebelumnya telah berfungsi sebagai uskupta selama 10 tahun dan menjadi kardinal selama 2 tahun.
“Mengenai hal ini, apakah gereja tersebut progresif? Apakah Paus Fransiskus juga termasuk golongan progresif? Seakan-akan seseorang yang mengedepankan cinta, empati, serta memfokuskan diri pada peraturan baru daripada peraturan kuno. Beberapa kali, Paus Fransiskus menyatakan, ‘Saya bukan tipe orang yang suka mencari sensasi. Tujuan saya hanyalah untuk mewujudkan keputusan dari Konsili Vatikan II,’” jelasnya.
Menurut dia, dokumen-dokumen dari Konsili Vatikan II menjadi landasan bagi kepengawasan Paus Fransiskus dan mungkin juga akan dilanjuti oleh Paus Leo XIV.
“Lamanya hal tersebut, sejumlah yang belum direalisasi, aku coba memeriksa, manakah dari mereka yang belum diterapkan dalam peraturan-peraturan. Yah, bersifat progresif, meskipun Konsili Vatikan kedua telah memberikan kontribusi signifikan bagi gereja. Dengan demikian, poin utamanya adalah bahwa belas kasih Tuhan membawa perdamaian dan kesejahteraan di tengah-tengah kami,” ungkapnya.
Sudah Kenal Indonesia
Paus Leo XIV ternyata memiliki hubungan istimewa dengan Indonesia. Sebelum menjadi pimpinan utama Gereja Katolik, dia sempat berkunjung ke Papua sebagai Ketua Umum Ordo Fraterum Sancti Agustini (OSA).
“Sangat menakjubkan. Apa hadiahnya? Paus Leo ke-14 ini telah berkunjung ke Indonesia sebelum menjadi Paus. Saat itu dia datang sebagai Superior General dari Ordo Fraterum Sancti Agustini. Jadi, Ordo Fraterum Sancti Agustini, atau OSA, yang berada di Keuskupan Manokwari Sorong,” jelas Mgr. Antonius Subianto Bunjamin.
Mgr. Antonius mengungkapkan, kunjungan itu terjadi dua dekade lalu. Saat itu, Paus Leo XIV dikenal sebagai Frater Robert Francis Prevost.
“22 tahun yang lalu, saat ia menjabat sebagai Superior General dengan nama Frater Robert Francis Prevoes, dia pernah melakukan kunjungan. Ini berarti bahwa tentunya ia telah tiba di Indonesia sebelum akhirnya sampai di tanah Papua. Sebagai tambahan untuk kita, ini menjadikan dirinya lebih dekat karena beliau sudah familiar dengan kami serta negara kita. Kami pun berharap posisinya tetap terdapat dalam pikirannya,” imbuhnya.
Kardeinal Berharap Paus Baru Melanjutkan Nama Fransiskus
Kepada para kardinal yang hadir dalam konklav untuk memilih Paus, mereka bermimpi bahwa orang yang akan dipilih dapat secara langsung mewarisi tongkat kepemimpinan dari Paus Fransiskus—beberapa bahkan ingin dia menggunakan nama samaran Fransiskus II. Akan tetapi, setelah menjalani proses konklav selama 25 jam tersebut, Kardinal Robert Francis Prevost OSA diangkat sebagai Paus baru dan ia memakai gelar Leo XIV.
Berdasarkan pernyataan Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, kesepakatan tentang calon paus baru sudah mulai condong sejak permulaan diskusi mengenai pengganti dari Paus Fransiskus yang telah meninggal dunia.
“Mungkin harapannya tersebut berfokus pada sosok Fransiskus kedua yang bakal melanjutkannya. Nampaknya, suara-suara itu sejak awal telah menunjuk kepada calon-calon tertentu untuk dipilih. Tidak butuh waktu lama, akhirnya Kardinal Robert Prevost terpilih menjadi Paus. Para kardinal yang hadir saat itu menyambut dengan gembira pemilihan Paus Leo XIV ini,” ungkap Mgr. Antonius.
Dicibir Pendukung Trump
Ternyata tidak seluruh penduduk AS merasa bahagia atas terpilihnya Paus Leo XIV sebagai kepala Gereja Katolik untuk meneruskan jejak Paus Fransiskus. Paus Leo XIV adalah individu asal Amerika Serikat pertama yang mendapat kehormatan menjadi pimpinan Gereja Katolik ini.
Jarang ada informasi tentang jalur politik seorang laki-laki yang lahir sebagai Robert Francis Prevost di Chicago. Namun, Paus Leo XIV dikenal aktif dalam mendukung isu-isu kemiskinan serta hak para imigran, menjadi penyokong bagi Paus Fransiskus, dan kritikus tajam terhadap politisi Amerika Serikat di platform-media sosial.
Untuk para penyokong gerakan Make America Great Again (MAGA), paus dari AS ini mendisapkan. Mereka berpendapat bahwa meskipun Paus Leo XIV adalah orang Amerika Serikat pertama yang mencapai posisi tersebut, namun Paus Leo XIV tidak memprioritaskan Amerika (“not ‘America first'”). Sementara itu, “America first” sebenarnya adalah kebijakan utama Presiden Donald Trump selama masa jabatan keduanya dalam kepemimpinan negara.
“Menurut saya ini cukup mengagetkan. Saya tidak menyangka sang Kepala Gereja Katolik yang dipilih itu ternyata mempunyai akun Twitter serta pernyataannya sebelumnya soal tokoh senior dari partai Republik AS,” ungkap Steve Bannon, salah satu pengikut setia Donald Trump tersebut dalam wawancara dengan BBC pada hari Sabtu (10/5). Bannon sendiri adalah seseorang berlatar belakang Katolik dan dulunya merupakan anggota elit militer.
Dia mengantisipasi adanya konflik antara Paus Leo XIV dengan Trump.
Hasil penelitian paling baru menyatakan bahwa kira-kira 20% penduduk di Amerika adalah anggota Gereja Katolik. Penemuan ini dikeluarkan oleh lembaga riset netral Pew Research Center.
Kira-kira 53% menyatakan afiliasi atau cenderung mendukung Partai Republik. Walau begitu, masih terdapat beberapa ketidaksesuaian: dua Presiden Amerika Serikat yang beragama Katolik, yakni John F Kennedy dan Joe Biden, sebenarnya berasal dari Partai Demokrat.
Di samping itu, kurang lebih tiga dari lima orang yang mempraktikkan agama Katolik di Amerika Serikat berpendapat bahwa aborsi harus sah secara hukum dalam seluruh atau sejumlah skenario.
Umat Katolik di Amerika Serikat juga secara umum memberikan dukungan kepada Paus Fransiskus. Berdasarkan sebuah survei yang dilaksanakan bulan Februari, sebanyak 78% responden menunjukkan kekaguman mereka terhadap Paus Fransiskus, bahkan mencakup para pemilih dari Partai Republik.
Walaupun hanya terdapat sedikit umat Katolik dalam kelompok pendukung MAGA, tetapi mereka mempunyai jalan masuk ke media yang bersifat konservatif dan mampu mendapatkan perhatian dari Trump.