Orang Tua Siswa Marah karena Penyelidikan Tempat Kejadian dikaji ulang


smibu news

– Keluarga dari Steven yang disukai oleh Hariyadi (15), seorang pelajar yang meninggal karena tersiram listrik di sekolahnya, yakni SMP Katolik Angelus Custos, Surabaya, menyatakan ketidakpuasan mereka usai pihak berwajib menangguhkan pengawasan TKP. Bapak sang anak, Tanu Hariyadi, sampai-sampai sujud di hadapan gedung sekolah tersebut sembari mendoakan keadilan ditegakkan.

Bersama istri bernama Christine dan kedua putrinya, mereka menghadiri acara ini pada hari Jumat tanggal 9 Mei. Keluarga tersebut juga ditemani oleh anggota kerabat dan seorang pengacara guna mendampingi saat pelaksanaan penyelidikan tempat kejadian perkara yang direncanakan oleh polisi. Steven Suka Hariyadi diyakini meninggal karena tertimpa aliran listrik di atap SMA Katolik Frateran, lokasi yang terletak dalam area yang sama dengan SMP Katolik Angelus Custos.

Sekelompok keluarga sampai di tempat tujuan pada waktu sekitar pukul 15:30 Waktu Indonesia Bagian Timur. Tidak lama sesudah itu, beberapa petugas polisi dari Polrestabes Surabaya datang menggunakan dua unit mobil patrol. Akan tetapi, usai melakukan pembicaraan singkat bersama pengurus sekolah, para penegak hukum tersebut malahan pulang ke dalam kendaraannya masing-masing dan pergi dari area tersebut.

Berita tentang pengunduran diri dari pemeriksaan tempat kejadian perkara kasus meninggalnya salah satu pelajar kelas IX itu dikabarkan kepada Tanu. Akan tetapi, dia menyatakan bahwa dirinya tidak memperhatikan alasannya ditangguhkannya hal tersebut lantaran telah tenggelam dalam duka yang mendalam.

“Alasannya mengenai penundanya sempat dijelaskan, tetapi saya tidak mendengarnya karena sudah kehabisan fokus setelah tahu bahwa itu tertunda,” ujar Tanu dengan nada pelan.

Perasaan emosi yang tidak tertahankan, Tanu menyembah di hadapan sekolah sementara mengeluhkan pergi dari anak tunggalnya tersebut. Sementara itu, Christine berusaha untuk menstabilkan suami-nyonya yang panik dan berteriak minta keadilan.

” Ini bukan seekor kucing, melainkan seorang anak manusia! Saya meminta keadilan. Jika diperlukan, tukarkan hidup saya, saya tidak masalah,” katanya sambil suaranya gemetar.

Sampai sekarang, keluarga para korban tetap menanti konfirmasi dari aparat kepolisian tentang waktu pengujian ulang di tempat kejadian perkara guna menyelidiki dengan terbuka penyebab kematiannya Steven. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *