Pesan Perdana Naely Nur Sadiyah: Kisah Sang Asik yang Hilang Tragis di Purworejo


smibu news

Berikut ini adalah pengakuan keluarga tentang Naely Nur Sadiyah yang menjadi korban meninggal dunia karena kecelakaan maut di Purworejo.

Naely Nur Sadiyah merupakan satu di antara 12 korban tewas dalam kecelakaan di Tanjakan Ngangkruk, Jalan Purworejo-Magelang, pada Rabu (07/05/2025).’

Kecelakaan maut tersebut melibatkan truk yang menghantam angkutan kota (angkot) berisikan belasan penumpang.

Sebanyak 12 korban tewas adalah sopir angkot, para penumpang yang berisikan guru Tahfidz Quran As Syafiiyah dan sopir truk.

Duka yang mendalam dirasakan keluarga Naely Nur Sadiyah guru SD IsIam Tahfidz Quran As-Syafi’iyah Magelang.

Adik kandung Naely Nur Sadiyah, Ramdan masih tak percaya sang kakak pergi untuk selama-lamanya.

Ketika di rumah duka, Ramdan berusaha tegar menyambut tamu yang datang melayat.

“Kakak itu rela berkorban buat keluarga, buat adik-adiknya. (Iya) kami sangat kehilangan,” katanya.

Naely Nur Sadiyah adalah satu di antara ustazah Yayasan As-Syafi’iyah yang menjadi korban kecelakaan lalulintas di Kalijambe, Purworejo.

Jenazah Naely dimakamkan pada Rabu (7/5/2025) malam.

Namun suasana duka masih menyelimuti rumahnya.

Tenda duka masih terpasang.

Kerabat, tetangga dan teman-teman anak sulung dari tiga bersaudara itu berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa.

Ramadan menyatakan bahwa percakapannya terakhir kali dengan saudara kandungnya adalah pada hari Selasa malam, satu hari sebelum kejadian yang mengejutkannya tersebut.

Dia tak menyadari bahwa percakapan pada Selasa malam tersebut akan menjadi yang terakhir.

Karena pada hari Rabu pagi, ia menerima berita mengejutkan bahwa saudara kandungnya tewas dalam sebuah kecelakaan.

“Rabu pagi saya sudah gak sampat ketemu. Karena pagi kakak sudah berangkat duluan (ke Yayasan). Mau takziah ke Purworejo, kakak pamit ke bapak,” ujarnya.

Putra pertama dari tiga beradik tersebut pun akhirnya berkata perpisahan yang kekal.

Naely dikenal anak yang aktif di mata keluarga.

Meskipun tidak banyak bicara tetapi perhatian sama keluarga, begitu juga di kegiatan kampung, Naely banyak terlibat.

Pakde Naely, menurut Kamijan, keponakannya tersebut ahli dalam membaca Al-Quran.

Ia lulusan Pondok Pesantren Mambaul Hikmah, Muntilan.

Setelah enam tahun meninggalkan pondok pesantren, Naely menetapkan diri untuk mengajar di Yayasan As Syafi’iyah dan juga memberikan pelajaran tambahan di rumah siswa atau melalui kunjungan ke rumah-rumah murid.

“Anaknya ini istimewa. Berangkat ngajar di Yayasan pagi, pulangnya sore ngajar les. Dan yang buat kami bangga, anaknya betul-betul menikmati di Pondok, mengena, anaknya matang (dewasa),” katanya

Naely juga tercatat sebagai mahasiswi di Universitas Terbuka. Ia mengambil jurusan Pendidikan Guru SD, sesuai dengan profesinya.

Kamijan tidak menyangka, keponakannya meninggal menjadi korban kecelakaan. Padahal baginya, Naely merupakan anak yang baik dan penuh dedikasi.

“Anaknya terbiasa ngajar bareng anak-anak. Di kampung aktif, sosial di kampus juga bagus, di (guru) SD juga bagus,” ucapnya.

Naely dimakamkam Rabu (7/5) malam di Pemakaman Umum Kampung setempat.

Meski telah di makamkan suasana duka di kediamannya masih terasa.

Sejumlah pelayat masih berdatangan. Mereka berduka atas kepergian ustazah yang dikenal perhatian dan rela berkorban itu.


(smibu news)


Artikel ini sebelumnya dipublikasikan di TribunJogja.com dengan judul
Kisah Naely Nur Sadiyah, Ustazah dari Yayasannya As Syafi’iyah di Magelang yang menjadi korban kecelakaan di Purworejo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *