smibu news.CO.ID – MAGELANG.
Limbah cobek yang tidak lagi terpakai ternyata dapat diubah oleh Amin Lisman Ragin menjadi karya seni bernilai tinggi.
Sejak tahun 2002, seorang lelaki dari kota Magelang telah menghasilkan miniatur relief candi menggunakan bahan dasar sisa cobek yang dicampur dengan resin. Setelah itu, dia mencetaknya dan merapikannya satu persatu secara manual.
“Bahan berasal dari sisa-sisa cobek yang telah dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dicampuri dengan resin,” jelas Pak Amin ketika ditemui di Pasar Balkondes, area sekitar Candi Borobudur.
Karyanya dalam bentuk miniatur dihargai antara Rp 15.000 sampai Rp 20.000 bergantung pada ukuran dan derajat ke Detailnya.
Dalam kondisi normal, satu pengrajin bisa memproduksi 80–90 unit per hari.
Pada masa lalu, bisnis ini menyediakan pekerjaan untuk sampai dengan sembilan orang. Tetapi saat ini, hanya empat individu yang tetap bekerja akibat penurunan jumlah pengunjung serta kemampuan pembeli.
“Saat ini para pengunjung secara langsung menuju area parkir yang berdekatan dengan candi. Sistem blok tersebut membuat mereka tidak melewati semua pedagang seperti dahulu,” keluhnya.
Meskipun begitu, barang Bu Amin sudah merambah pasaran luar negeri seperti Perancis, Amerika Serikat, dan Australia.
Model disimpan di ruang kosong pada truk kargo, menggunakan layanan pengiriman gabungan untuk mengantarkannya.
Di samping itu, hotel serta agen perjalanan turut menjadi klien reguler yang mengontrak barang oleh-oleh bagi para tamunya.
Sekarang ini, Bapak Amin menjual produknya melalui tenaganya sendiri yang berkeliling di area sekitaran Candi Borobudur. Tetapi semenjak sistem asongan diganti, dia mengandalkan studio pribadinya serta ikut ambil bagian dalam pameran-pameran skala nasional sebagai saluran penjualannya yang utama.
“Kalau cuma event kecil di Jogja atau Semarang, kurang efektif. Yang bagus itu pameran besar di Jakarta, Bandung, atau Surabaya,” jelasnya.
Dengan menjaga kualitas dan konsistensi produksi, Pak Amin tetap optimistis usahanya bisa bertahan meski tantangan terus datang.
“Yang penting tetap muter,” pungkasnya.