.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah pada hari Sabtu saat memberikan pernyataan di Jakarta menyebutkan bahwa hasil tenunan dari Garut menunjukkan prospek yang sangat baik untuk masa mendatang.
Sebab, perajin tenun Garut telah melakukan pengembangan produk dengan inovasi-inovasi dan motif-motif baru untuk tenun Garut.
Bila kita memandang kain tenunan Garut ini sangat menarik. Ketika dibandingkan dengan jenis-jenis tenun lainnya, tenun Garut telah mencapai hasil yang baik. Terlebih lagi, terdapat beberapa inovasi dalam pola-pola yang tersedia. Para pengrajin tenun Garut pun telah merancang corak-corak baru untuk proses produksinya,” jelas Siti ketika menyaksikan aktivitas pembuatan kain tenun Garut Sutera Alam Soleh (SAS) di Garut, Jawa Barat pada hari Jumat tanggal 9 Mei.
Pada kesempatan tersebut, Siti Fauziah ditemani oleh Hayun, seorang pebisnis kain tenunan dari Garut SAS.
Walaupun menjanjikan potensi yang baik, para pengrajin tenunan di Garut mengalami hambatan. Hayun menyebutkan bahwa ada masalah terkait dengan bahan baku untuk memproduksi kain tenun Garut.
“Sekarang sulit mendapatkan bahan baku benang sutera. Memang ada yang menawarkan benang sutera, tapi harus impor dan harganya cukup tinggi,” jelas Hayun.
Di samping masalah ketersediaan bahan bakunya yaitu benang sutra, Hayun juga menyebut bahwa proses produksi tenunan Garut SAS sekarang terhenti dikarenakan kurangnya permintaan untuk tenun Garut dari Medan.
“Dua bulan terakhir tak ada kiriman ke Medan lantaran kurangnya permintaan. Oleh sebab itu, produksi kain tenun Garut sementara dihentikan,” katanya.
Siti Fauziah meratifikasi masalah yang dihadapi oleh UMKM, contohnya para penenun dari Garut, yaitu kurang tersedianya atau kesulitan dalam mendapatkannya bahan mentah berupa benang sutra. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menemukan solusi guna membantu peutenun Garut dapat memiliki pasokan bahan baku berkualitas dengan biaya yang lebih terjangkau.
Dalam hal produksi serta aspek lainnya, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), misalnya para pebisnis tekstil di Garut, dapat melanjakan aktivitas produksinya dengan baik. Harapannya, pihak pemerintah baik tingkat pusat maupun lokal bisa memberikan dukungan dalam bentuk keringanan untuk UMKM serupa penenun dari Garut agar lebih mudah mendapatkan pasokan bahan mentah,” ungkap Siti.
Menurutnya, hambatan dalam mendapatkan bahan mentah ini bakal berdampak pada industri penenunan Garut. Di samping itu, kelangkaan serta kesulitan mengambil bahan baku tersebut pun dapat menyebabkan harga produk meningkat.
Siti pun mengakui bahwa kemampuan pembelian orang-orang sedang menurun. Penurunan kapabilitas untuk membeli tersebut membuat tingkat permintaan serta keperluan ikut berkurang.
Hayun mengungkapkan Sutera Alam Soleh (SAS) merupakan usaha keluarga yang diawali dari sang kakek, (Alm) H. Aman Sahuri, pelopor sutera di Kabupaten Garut sekitar tahun 1995, yang kemudian usahanya diteruskan sang anak, (Alm) Soleh, dan sekarang diteruskan putra – putrinya termasuk Hayun.
Produksi tenun Garut SAS masih menggunakan alat tenun bukan mesin atau tradisional. Terdapat sekitar 80 alat tenun tradisional yang mempekerjakan sekitar 80 orang perajin tenun dari daerah sekitar, dan menghasilkan 150 lembar kain dalam seminggu baik tenun songket maupun tenun bulu.