UPDATE!!! Jalur Kereta Banjar-Pangandaran-Cijulang: Periksa Lokasi di Stasiun Pangandaran KM 1


PR GARUT

– Rencana reaktivasi jalur kereta api Banjar–Pangandaran–Cijulang semakin santer terdengar. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) disebut telah mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali jalur legendaris peninggalan kolonial Belanda ini, yang ditargetkan rampung pada tahun 2025.

Akun Youtube Sawin Mediawan melalui tayangan videonya telah menelusuri jejak jalur mati ini, dimulai dari jembatan Cikidang yang menjadi akses terakhir menuju Pangandaran. Menurutnya, kondisi rel saat ini hampir seluruhnya hilang, dengan sekitar 90,99% jalur sudah tak berbekas karena tidak beroperasi selama puluhan tahun.

Menariknya, banyak warga yang kini menghuni atau memanfaatkan lahan bekas jalur kereta sebagai tempat tinggal, kebun, hingga kandang ternak. Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri dalam proses reaktivasi, sebab sebagian besar bangunan tersebut berdiri di atas tanah milik PT KAI.

Salah satu titik penting yang dikunjungi adalah Stasiun Pangandaran di KM 1, yang merupakan stasiun terendah di Indonesia dengan ketinggian hanya sekitar 7 meter di atas permukaan laut. Meski kondisi bangunan sudah cukup rapuh, bentuk arsitektur peninggalan kolonialnya masih terlihat jelas. Di masa kejayaannya, stasiun ini menjadi penggerak utama ekonomi masyarakat selatan Jawa Barat, terutama dalam mengangkut hasil bumi menuju Batavia.

“Kalau beneran terwujud, ini bakal jadi jalur kereta paling eksotis di selatan Jawa Barat,” ujar Sawin, yang meliput langsung dari lokasi.

Rute yang ditelusuri menunjukkan kondisi yang beragam—dari rel yang sudah tertutup tanaman, pemukiman semi permanen di area Bebakan, hingga irigasi peninggalan zaman Belanda di sepanjang sawah. Warga di sekitar jalur pun disebut menyewa lahan dari pihak-pihak tertentu karena keterbatasan tempat tinggal.

Reaktivasi jalur ini tentu tidak bisa dilakukan begitu saja. Perlu adanya komunikasi yang baik antara pemerintah, PT KAI, dan masyarakat terdampak. Di satu sisi, proyek ini diyakini akan menghidupkan kembali perekonomian wilayah selatan Jawa Barat, khususnya Pangandaran dan Cijulang yang dikenal sebagai destinasi wisata utama.

Namun, di sisi lain, nasib warga yang telah lama tinggal di atas jalur nonaktif tersebut juga perlu menjadi perhatian serius. Persetujuan masyarakat lokal akan menjadi kunci keberhasilan proyek ambisius ini.

Saat ini, progres reaktivasi masih terus dikawal, dan publik berharap agar prosesnya berjalan lancar serta memperhatikan aspek sosial yang ada. Bila rampung, jalur ini bukan hanya akan menjadi saksi sejarah yang hidup kembali, tapi juga ikon baru pariwisata dan konektivitas di selatan Jawa Barat.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *