Yuran Fernandes Dilarang Main Selama Satu Tahun, PSM Naikkan Banding


Warta Bulukumba

– Angin pantai menerpa tribun Stadion BJ Habibie ketika suara peluit panjang mengakhiri pertandingan antara PSM Makassar dan PSS Sleman. Hasilnya adalah skor 1-3. Meski demikian, kalah tidak menjadi fokus utama pada malam tersebut.

Di kamar mandi yang sepi, Yuran Fernandes duduk terperanjak. Tidak disebabkan oleh skor pertandingannya, tetapi karena sebuah tendangan gulanya dibatalkan. Akibat perasaan frustasi yang begitu kuat.

Dan karena, beberapa jam kemudian, sebuah sanksi terberat dalam kariernya diumumkan PSSI: larangan bermain selama 12 bulan dan denda 25 juta rupiah.

Hukuman Berat dari Komdis PSSI

PSSI, lewat Komite Disiplin (Komdis)-nya, secara resmi telah menghukum sang kapten dari tim PSM Makassar. Menurut pengumuman formal mereka pada hari Jumat tanggal 9 Mei 2025, Yuran didapati bersalah atas pelanggaran Pasal 59 ayat 2 serta Pasal 141 dalam Kode Etik Disiplin PSSI Tahun 2023.

“Sdr Yuran Fernandes Rocha Lopes dihukum dengan pembatasan aktivitasnya dalam bidang sepak bola Indonesia selama 12 bulan mulai dari tanggal pengambilan keputusan ini,” demikian tertulis dalam pernyataan Komdis PSSI.

Bukan hanya kena larangan tampil, pemain bertahan dari Tanjung Verde tersebut juga harus membayar denda senilai Rp25 juta. Sanksi ini langsung mulai berlaku ketika PSM bersua dengan Malut United pada hari Sabtu, tanggal 10 Mei, pukul 16.30 WITA.

Komentar tajam di platform-media sosial

Segalanya dimulai setelah dikalahkan oleh PSS Sleman.

Yuran sempat mencetak gol di awal laga. Tapi VAR membatalkan. Pelanggaran, kata wasit.

Setelah pertandingan, Yuran mengungkapkan ketidakpuasannya melalui media sosial. Ucapan kritisnya dipandang sebagai serangan terhadap mutu turnamen sepak bola Indonesia. Menurut Komdis, hal tersebut merupakan pelanggaran yang sangat serius.

Sementara hukumannya pun diberikan. Tanpa belas kasihan.

Reaksi PSM: “Kami menyampaikan kekecewaan”

PSM Makassar merespons cepat. Melalui unggahan resmi di akun Instagram-nya, klub menyayangkan waktu penyampaian sanksi yang dianggap tidak adil.

“Manajemen PSM Makassar mengungkapkan keprihatinan terkait hukuman kepada Yuran Fernandes yang baru diumumkan seusai proses persiapan kontra Malut United rampih dilakukan (Konferensi Pers dan Latihan Resmi),” demikian tertulis dalam pernyataan mereka.

Selanjutnya, mereka menyatakan akan melakukan upaya kasasi.

“Mengenai hukuman ini, PSM Makassar berencana untuk melakukan upaya banding dan ikut serta bersama Yuran Fernandes dalam menangani masalah tersebut.”

Kemungkinan akibat serta proses kasus banding yang memakan waktu

Pembatasan satu tahun tidaklah seperti hukuman normal. Ini dapat membatalkan kesempatan bermain sepanjang musim, atau mungkin merusak kariernya. Terutama untuk para pemain asing yang menjadi fondasi penting dalam tim tersebut.

Di ranah sepak bola profesional, umumnya kritikan harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengevaluasi performa. Namun pada kesempatan terkini, kritikan justru ditanggapi dengan pembatasan. Hal tersebut pun mengundang perdebatan yang lebih mendalam tentang bagaimana menentukan garis pemisahan antara beri kritik dan melakukan pelanggaran.

Kasus Yuran Fernandes tidak sekadar menceritakan kisah seorang atlet yang mendapat hukuman. Ini menggambarkan realitas dunia sepak bola saat ini. Berfokus pada area untuk mengekspresikan diri, tentang sistem yang sering kali membungkam suara para pemain, serta bagaimana perasaan sang pesepakbola dapat menyebabkan hukuman bertahun-tahun.

Apakah kasasi tim PSM akan diterima?

Apakah kata-kata Yuran akan terdengar, bukan ditutup mulutnya?

Pertanyaan-pertanyaan ini belum punya jawaban. Tapi satu hal pasti: cerita ini belum selesai. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *